Tuesday, July 20, 2010

Hanya ada di negeri ini (mungkin??)

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Betul!. bangsa yang besar adalah bangsa yang bangga terhadap hasil karya bangsanya. No doubt!. Sebaik2nya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Yup, tidak diragukan.

Pada suatu hari, pertama kali aku ke Blok M naik busway selama aku di Jakarta, menuju blok M nya sih biasa aja. ketika pulang, ternyata orang-orang yang sedang menunggu busway jurusan yang sama denganku sangat rame sekali. Kayaknya disitu ilmu antri mengantri dan saling menghormati dipertaruhkan deh. semua orang terlihat berdesakan di pintu koridor, saling mendorong dan menjepit, persis seperti orang yang sedang berebutan uang zakat yang cuma 10.000 tapi memakan banyak korban jiwa karena impit-impitan. I mean, come on, it's busway, when it's full, it really mean it's full,sekuat apapun kamu berdesak-desakan, mendorong orang-orang, mencaci maki, seorang Bapak berteriak "busway binatang!!" saat petugas busway menutup pintu busway dan ga mengizinkan dia masuk krn buswaynya udah penuh. kayaknya si Bapak itu dua kemungkinan, antara dia orang gila (karena menyebut busway binatang) ato dia punya masalah "kehilangan persepsi dan kesulitan verbal" (karena dia mengkategorikan busway sebagai binatang).

Kasus lainnya, di bandara. Saat petugas mengumumkan bahwa pesawat tujuan kota Bla bla bla siap untuk diberangkatkan, semua orang serentak berdiri, dan mulai berdesakan di koridor. kayaknya ga ada yg mendengar pengumuman berikutnya bahwa "urutan masuk ke pesawat adalah stiker biru dulu, kemudian stiker hijau dan terakhir stiker merah" karena setiap orang dengan stiker biru, hijau merah mencoba saling sikut, memotong antrian dan mendahului. entah karena mereka buta warna atau karena mereka dengan alasan tertentu khawatir ga kebagian kursi di pesawat. Men..if u have the ticket already that means you HAVE RIGHT to fly with respective airplane. Di pesawat, beberapa orang masih asyik dengan hape nya. nada sms masih terdengar, suara ibu2 yang sedang menelpon dan berkata "iya, nanti mama belikan, jangan lupa makan ya.." masih terdengar juga. pramugari lewat, mereka mnyembunyikan hapenya, pramugari lengah, hapenya dikeluarkan lagi. I hate this people, mereka sebenarnya sadar ga sih bahwa sudah dari tadi diumumkan supaya hape dimatikan.

2 oktober lalu, salah seorang temanku dengan alasan tertentu lupa/tidak memakai batik. seseorang berkata "kok ga pake batik?ga nasionalis!". pertanyaannya adalah, sejak kapan memakai batik atau tidak menjadi indikator seseorang nasionalis atau tidak. kenapa pertanyaannya bukan "kok ga pake batik? lupa ya? batiknya ga kering ya? kamu ga punya batik ya?". I mean.. think positive.

Belum lagi orang2 yang mungkin sebenarnya siluman komodo karena hobi banget meludah di jalan, orang2 yang buang sampah sembarangan padahal tong sampah segede gaban berdiri gagah di depan mata, orang-orang yang dengan gagahnya berteriak-teriak protes dan mencaci maki cuma karena artis negara tetangga menyanyikan lagu artis negara kita di sebuah acara penggalangan dana. inilah yang disebut budaya latah. latah melihat orang berbuat salah tapi baik2 saja, latah ingin ikut serta memprotes negara tetangga-tapi ga punya alasan lain-sehingga menjadikan lagu kita dinyanyikan orang-sebagai alasan sementara disisi lain kita lebih bangga kalo bisa memakai sepatu impor ketimbang beli di Cibaduyut?

Sebenarnya apa sih masalah kita? kurang pendidikan? banyak yang melakukan hal2 seperti diatas itu adalah orang berpendidikan juga. kurang sopan santun? ga lah, kita kan orang timur, masih menjunjung tinggi sopan santun. mungkin karena kurang disiplin. disiplin yang diajarkan di sekolah sepertinya tidak berbekas pada diri kita. selama ini kita melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu hanya dalam rangka "menghindari hukuman", bukan karena "patuh pada hukum". selama ini sebagian dari kita menilai sesuatu dengan "sekali salah tetap salah" bukan dengan "iya, salah pada saat begini, benar pada saat begitu".

Contoh-contoh diatas bukan hal besar, tidak sebesar kasus Bibit-Chandra, Prita, korupsi atau perceraian artis yang bisa berbulan-berbulan wara wiri di media cetak dan elektronik. tapi hal-hal kecil seperti itu sering sekali diabaikan, dilupakan, padahal pernahkah kita berfikir bahwa orang-orang diluar sana menilai kita berdasarkan apa yang mereka lihat secara langsung, bukan hanya berdasarkan apa yang mereka lihat di media? puaskah kita dengan predikat "Indonesia yang orang-orangnya ramah tamah tapi jorok dan tidak disiplin?".

I love this country.. ini negaraku juga, pahlawan2ku berjuang demi kemerdekaan sehingga aku bisa sekolah juga.. aku menulis ini bukan karena malu menjadi bagian dari bangsa ini, tapi karena ingin membuka mata orang-orang bahwa bnyak sekali hal-hal kecil yang bisa kita lakukan dan kita ubah sehingga kita menjadi lebih baik di mata orang-orang yang datang ke negara kita, perubahan skala kecil, yang mungkin tidak akan memberi pengaruh pada penyelesaian kasus Bibit Chandra, penurunan tingkat bunga, pemberantasan korupsi atau pembebasan Prita dari denda, not that big, tapi mungkin bisa membuat kita sedikit saja lebih bisa menghargai diri sendiri..

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com