Friday, May 9, 2014

Kismis..




Pada zaman dahulu.. tersebutlah seorang gadis kecil  baik budi rajin shalat rajin menabung dan manis abis, berjalan kaki dari sekolah menuju rumah. Gadis kecil itu baru kelas 3 SD. Masih kecil, tapi semburat merah wajahnya tak mampu menyembunyikan rencana alam untuk membentuknya menjadi seorang perempuan muda nan caem ketika ia dewasa nanti (Aiihh..). Ia menjejakkan kakinya dengan riang gembira, lengannya mengayunkan tas koper merk President. Pelajaran hari ini berjalan lancar. Cuaca pun elok untuk pejalan kaki, sejuk, dan angin berhembus semilir. Sesekali Ia melirik kearah jam Alba, hadiah ulang tahun dari Om nya yang baru seminggu ini melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 11.00 pagi. "Hmmm... pulang kerumah, ganti baju terus minum sirup cap patung dingin sambil nonton "Giok Ditengah Salju" aaahh.." begitu fikirnya. Langkahnya semakin riang, tak sabar ingin segera tiba dirumah.

Setibanya dirumah, Ia mencoba membuka pintu rumah, tapi ups, ga bisa. Ternyata Ibunya yang seorang guru belum pulang kerja. "Mungkin Ibu ada rapat di sekolah".. gumamnya. Ia pun merogoh tas kopernya, berharap menemukan kunci cadangan disana, walaupun Ia setengah yakin melihat kunci tersebut di laci meja belajarnya tadi pagi. Nah kan bener.. kuncinya ga ada. Ketinggalan di kamar. Gadis itu duduk di kursi teras untuk sejenak beristirahat, sebelum kemudian memutuskan untuk pergi ke kantor ayahnya. Beginilah nasib anak yang kedua ortunya bekerja. Pulang sekolah ga ada yang tungguin. Huhuhuhu.. Anyway, Ia pun beranjak dari kursi, meninggalkan tas kopernya di depan pintu rumah (ga habis fikir juga kenapa anak SD mau-maunya jinjing tas koper, berat bow..) dan berlari menuju kantor ayahnya untuk mengambil kunci. 

Kantor ayahnya hanya berjarak 100 meter dari rumahnya,  sehingga perlarian (kan Ia berlari, bukan berjalan) ke kantor tersebut, mengetuk pintu ruangan, mengambil kunci dan berlari lagi ke rumah hanya mengambil masa tak lebih dari 10 menit. 

Setibanya lagi dirumah, Ia celingak celinguk. Kopernya hilang. Ia mencari-cari di sekitar pot bunga, mana tau ada anak tetangga yang iseng memindahkan, namun hasilnya nihil. Tak menemukan koper itu di sekitar teras, Ia pun berjalan perlahan memutari rumah, namun koper tak juga ditemukan. Ia mulai panik. Koper itu penuh dengan barang berharga. Buku tulis gambar Power Rangers hadiah dari Raymond Steven, teman sekelasnya, pencil 24 warna hadiah dari pamannya, serta buku-buku teks pinjeman dari perpustakaan yang kalau hilang dendanya bisa sejumlah jajan sebulan, semua ada dalam koper itu. Kasihan gadis kecil itu.. wajah manisnya memucat, pias.. Ia mulai menangis tersedu, bingung harus bersikap bagaimana. 

Demi mendengar isakan gadis itu, Mak Inong, tetangga depan rumah merasa prihatin. Jangan heran kenapa isakan kecil saja bisa kedengaran tetangga, maklum rumah di gang sempit, tetangga menguap saja kita bisa dengar :-D. Mak Inong keluar dari rumahnya dan bertanya " Kenapa kau nangis? lapar kau?" Gadis itu menjawab " Nggak Mak.. koper saya hilang.. tadi saya tarok sebentar didepan pintu karena mau ambil kunci ke kantor ayah. Pulang-pulang kopernya ilaaanngg.. huhuhuhuhhuhu". Isakan kecilnya berubah jadi tangis beneran.

"Hmmm.. ya udah. Kau masuk aja dulu kerumahmu, coba aku tanya sama si Iput anakku, apa dia ada liat koper kau", ujar Mak Inong. "Iya Mak", jawab si gadis. 

Setelah Mak Inong beranjak pulang, si gadis memutar kunci dan masuk kerumahnya. Dan.. Jreng jreeennggg.. disitulah ia. si koper President itu, yang membuatnya menangis pilu, berdiri tegak gagah di dalam rumahnya, pas di tengah ruangan, di depan pintu.

Gadis itu celingak celinguk lagi, apa ada yang memasukkannya dari jendela? Namun jendela tertutup rapat, terkunci dari dalam, begitu pula pintu samping dan belakang. si gadis mendekati koper itu dengan hati gedebak gedebuk, jantungnya berdetak kencang. Koper itu berada dalam keadaan sehat walafiat sakinah mawaddah warrahmah, tak kurang suatu apapun. Tak ada tanda-tanda kekerasan yang mendukung teori bahwa mungkin koper itu somehow dipaksa masuk kedalam rumah yang terkunci rapat. dengan ujung jari-jari mungilnya, si gadis membuka koper tersebut untuk melihat isinya. Dan.. tidak ada yang aneh. Susunan buku-buku, letak perlengkapan dan peralatan di dalamnya tak berubah. Masih seperti saat ia memasukkan semuanya kedalam koper saat tadi sekolah usai. 

Ia terhenyak, terduduk di samping kopernya hingga Ibunya pulang kerja tak lama kemudian. Ketika ibunya bertanya, Ia menceritakan kisah misteri si koper, selengkap-lengkapnya. Namun Ibunya tak percaya. Ia pun menghadirkan Mak Inong sebagai saksi. Namun kesaksian Mak Inong tak mampu membuat Ibunya percaya, karena Mak Inong sudah pulang ketika koper itu ditemukan. "Mungkin kamu lupa, tadi kamu sendiri yang masukin.." kata Ibunya. "Ga mungkinlah, kan ga punya kuncinya". ujar si gadis membela diri. "ya berarti kau tadi bawa kunci, trus buka pintu, masukin koper, trus keluar lagi,tutup pintu, trus mendadak hilang ingatan" ujar Mak Inong. "Allahuakbar, emang saya pemaen sinetron, pake amnesia segala". Namun ya begitulah, masih banyak orang dewasa yang menganggap anak kecil sebagai tukang ngarang. Sehingga apapun cerita si gadis, orang tuanya tak percaya dan tetap insist bahwa kisah itu tak lebih dari karangan saja atau bisa jadi anaknya amnesia beneran.

Kisah yang berlangsung 21 tahun yang lalu tersebut, adalah kisah nyata. Kisa yang sampai sekarang masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tak terjawab dalam benakku. Yeah, kisah misteri si koper itu tak lain dan tak bukan adalah kisahku.. dan aku, masih memikirkannya, hingga sekarang. 



2 comments:

Anonymous said...

udah betol kata mak inong tu, kamu kan doyan ngayal... hahahahha

intan maulida said...

Serius ini hai.. sampe hari ini ga ketemu logikanya kenapa itu koper bisa masuk sendiri kedalam rumah.

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com