Nak,
Apa kabar? Ini Mama.. Mama sangat
rindu sama Sanju.. Sanju sehat-sehat kan? baik-baik kan? Mama harap Sanju
bahagia dan selalu dalam lindungan Allah..
Nak,
Sepanjang hidup Mama, Mama selalu
berfikir (dan selalu berusaha menganggap) bahwa Mama adalah orang yang bahagia.
Alhamdulillah, nikmat Allah begitu banyak dan tak ada satupun yang patut Mama
dustakan. Bahkan semua masa lalu, masa kelam, pengalaman-pengalaman buruk,
semua Mama anggap hadiah dari Allah, agar Mama belajar menjadi manusia yang lebih
baik. Intinya, Mama bahagia. Saat Papamu mengajak menikah, kebahagiaan Mama
berlipat ganda. Papamu yang baik, sabar, tulus.. sungguh Mama merasa sebagai
perempuan paling bahagia di dunia..
Ketika tak lama kemudian kamu hadir,
Mama dan Papa sampai pada puncak bahagia yang tak pernah kami rasakan
sebelummya, sehingga kami bingung harus bereaksi bagaimana ketika membaca hasil
testpack. Bahagia yang membuncah menguasai hati kami sehingga Mama merasa
jantung Mama hampir meledak. Bahagiaaa sekali Nak, membayangkan insyaallah tak
lama lagi, seorang bayi, cahaya mata Mama dan Papa, akan hadir ke dunia.
Seketika itu juga Mama dan Papa sepakat memanggilmu Sanju, kependekan dari
Sandy Junior. Mama sama sekali tak keberatan kamu dipanggil dengan nama Papamu,
karena Mama memang sangat berharap kamu mewarisi kepribadian Papamu, dan kalau
bisa, warna kulitnya juga. hehehe..
Kehadiranmu dalam perut Mama adalah
pengalaman yang sangat sangat sulit dilukiskan. Mendadak hidup Mama berubah.
Mual dan pusing terasa begituu nikmat. Nyeri tulang ekor yang Mama rasakan
ketika kamu mulai tumbuh besar pun terasa begituuu membahagiakan, karena Mama
tahu, semua sakit itu adalah pertanda bahwa kamu tumbuh dengan baik..
Setelah melewati masa-masa 3 bulan
pertama, Mama mulai enak makan, karena mual yang semakin berkurang. Namun ada
yang aneh, Mama jadi cintaaaa sekali sama buah Pir. Mama bisa menghabiskan 1kg
Pir dalam sehari, sampai Papamu geleng-geleng kepala. Sebaliknya, Mama jadi
benciii setengah mati sama nasi, mencium aroma nasi yang sedang dimasak pun
bisa membuat kepala Mama serasa berputar-putar. Namun demikian, Mama berusaha
untuk menggantikan nutrisimu dengan jenis makanan lainnya, sayuran, buah,
vitamin, susu, roti, apapun nak, yang penting kamu sehat..
Ketika umurmu memasuki 16 minggu,
teman-teman Mama mulai berkomentar tentang kepribadian Mama yang mendadak aneh.
Mama yang dikenal tukang dandan di kantor, sedikit demi sedikit mulai terlihat
cuek. Mama tak pernah lagi memakai riasan mata. lama kelamaan, lipstik pun mulai
lupa Mama pakai. Beberapa minggu kemudian, Mama mulai berangkat kantor hanya
dengan pulasan bedak tipis, dan jilbab asal kancing. Semua aksesoris kewanitaan
tak terjamah lagi oleh Mama. Awalnya Mama tak menyadari ada yang aneh, sampai
teman-teman kantor Mama mulai protes. dan bukan itu saja, Mama pun mulai agak
galak. hehehehe.. Teman-teman Mama memprediksi Mama mengandung anak laki-laki.
Saat usiamu 20 minggu, hasil USG
menunjukkan bahwa Mama sedang mengandung anak laki-laki. Wah, Mama bahagiaa
sekali. Papa juga. kami memang berharap kamu lahir sehat dan selamat, tak
peduli apapun jenis kelaminmu. Paman-pamanmu juga tak kalah semangatnya. Yang
satu tak sabar ingin mendaftarkanmu di Klub Tarung Drajat, dan satu lagi ingin
mendaftarkanmu ke Klub Liverpool. The grandparents? semua berebut ingin
membelikanmu peralatan bayi.
Namun ditengah kebahagiaan itu,
Allah menguji kita, kakekmu jatuh sakit dan beberapa kali keluar masuk rumah
sakit. Mama, Papa dan nenekmu mondar-mandir bergantian menjaga kakekmu di rumah
sakit. awalnya semua baik-baik saja, sampai Mama mengalami pendarahan.. Ya
Allah nak, Mama takuuuttt sekali. Mama takut sekali terjadi apa-apa pada kamu.
Menuruti perintah dokter, Mama pun beristirahat dirumah, bahkan Mama dilarang
ke rumah sakit menjenguk kakek karena Mama harus bedrest. Alhamdulillah,
setelah beberapa kali dirawat, kakekmu bisa pulang kerumah, walau kondisinya
masih lemah. Mama pun berkurang stressnya.
Nak,
Memasuki usiamu 22 minggu, rumah
kita mulai rame, ada banyak sekali acara adat yang diselenggarakan untuk
menyambutmu. Mulai dari 7 bulanan yang mengundang nyaris semua handai
tolan dan tetangga, sampai acara 7 bulan khusus keluarga besar, dan acara 7
bulanan khusus keluarga inti. Semua kita jalankan dengan hati bahagia, begituuu
banyak orang yang mensyukuri kehadiranmu Nak.. Mama dan Papa apalagi, kami
seperti terbang ke langit saking bahagianya.
Tak terasa, kamupun bertambah besar.
Usiamu sudah 27 minggu. Mama menyimpan semua poto USGmu. Pertumbuhanmu bagus,
organ-organmu lengkap, jaringan otakmu normal, dan kamu aktif sekali. Ini
adalah masa-masa paling membahagiakan bagi Mama dan Papa. Kami membacakan
ayat-ayat Al Quran sebelum tidur, agar kamu tidur nyenyak. Kami juga mulai
membahas pola pengasuhanmu nanti. Namun yang paling membahagiakan adalah kamu
punya respon yang sangat baik. Setiap Papa mengelus perut Mama, kamu
menendang-nendang dengan kuat, begitu juga setiap kali Mama memanggil namamu,
kamu bergerak lincah. Mama bahagiaaa sekali setiap merasakan gerakanmu.
Sangat-sangat bahagia.
Ketika usia kandungan Mama 27 minggu, Mama mengalami gatal-gatal di sekitar perut. Beberapa orang mengatakan bahwa itu sangat wajar, karena perut yang membesar menyebabkan kulit mulai pecah dan membentuk selulit, selulit itulah yang mengakibatkan gatal. Semakin hari, gatalnya semakin parah. Bercak merah bentol-bentol seperti digigit semut mulai muncul di perut Mama. Kebetulan itu sudah waktunya kamu cek di dokter, maka Mama dan Papa pun pergi ke dokter kandungan yang kata teman-teman Mama alat USGnya lebih bagus dari dokter yang biasa Mama kunjungi. Sekalian ingin melihat kondisimu dan berkonsultasi tentang hal-hal lainnya. Setelah di USG dan diperiksa seperti biasa, dokter menanyakan apa keluhan Mama. Mama menyampaikan keluhan tentang kulit perut mama yang gatal-gatal. Seperti orang-orang lain juga, dokter mengatakan itu semua wajar. Mama tanya lagi, kalau sudah gatal menjurus pedih, dan muncul bercak kemerahan sampai bentol-bentol apa masih wajar? Dokter tetap mengatakan itu wajar, pakai minyak zaitun saja yang banyak, katanya. Keesokan harinya, gatal pedih dan bentol-bentol merah itu mulai menjalar ke paha dan lengan. Mama pun mulai curiga, ini pasti bukan gatal biasa. Maka Mama mengajak Papa ke dokter kulit. Mama malas ke ke dokter kandungan lagi, karena Mama tak suka diperlakukan seolah-olah hanya bisa mengeluh. Dokter kulit memeriksa kulit Mama, dan memberikan krim oles yang aman bagi kehamilan, untuk meredakan gatal. Krim itu lumayan membantu, tidak menyembuhkan, namun Mama jadi bisa tidur karena gatalnya berkurang.
Ketika usia kandungan Mama 27 minggu, Mama mengalami gatal-gatal di sekitar perut. Beberapa orang mengatakan bahwa itu sangat wajar, karena perut yang membesar menyebabkan kulit mulai pecah dan membentuk selulit, selulit itulah yang mengakibatkan gatal. Semakin hari, gatalnya semakin parah. Bercak merah bentol-bentol seperti digigit semut mulai muncul di perut Mama. Kebetulan itu sudah waktunya kamu cek di dokter, maka Mama dan Papa pun pergi ke dokter kandungan yang kata teman-teman Mama alat USGnya lebih bagus dari dokter yang biasa Mama kunjungi. Sekalian ingin melihat kondisimu dan berkonsultasi tentang hal-hal lainnya. Setelah di USG dan diperiksa seperti biasa, dokter menanyakan apa keluhan Mama. Mama menyampaikan keluhan tentang kulit perut mama yang gatal-gatal. Seperti orang-orang lain juga, dokter mengatakan itu semua wajar. Mama tanya lagi, kalau sudah gatal menjurus pedih, dan muncul bercak kemerahan sampai bentol-bentol apa masih wajar? Dokter tetap mengatakan itu wajar, pakai minyak zaitun saja yang banyak, katanya. Keesokan harinya, gatal pedih dan bentol-bentol merah itu mulai menjalar ke paha dan lengan. Mama pun mulai curiga, ini pasti bukan gatal biasa. Maka Mama mengajak Papa ke dokter kulit. Mama malas ke ke dokter kandungan lagi, karena Mama tak suka diperlakukan seolah-olah hanya bisa mengeluh. Dokter kulit memeriksa kulit Mama, dan memberikan krim oles yang aman bagi kehamilan, untuk meredakan gatal. Krim itu lumayan membantu, tidak menyembuhkan, namun Mama jadi bisa tidur karena gatalnya berkurang.
Belum sembuh keluhan di kulit, memasuki 28 minggu kurang 3 hari,
Mama merasakan sakit perut yang tak biasa. sakit yang menusuk,
di perut kanan bawah. Karena masih sakit ringan, Mama membiarkan saja, namun
besoknya sakit itu semakin terasa. Mama khawatir itu usus buntu, maka Mama dan Papa
pergi kerumah sakit untuk diperiksa. Dokter berkata itu tak masalah, orang
hamil biasa sakit ini dan itu katanya, dan Mama tak boleh mengeluh. Walaupun Mama
agak tersinggung diperlakukan seolah-olah Mama pura-pura sakit, namun Mama pun
agak tenang karena dokter bilang kamu baik-baik saja dan dari rumah sakit Mama
langsung ke kantor.
Malamnya, Mama kesakitan. Sakit
perut itu semakin menyebar. Awalnya ringan, namun semakin lama semakin sakit.
Saat itu Mama berfikir mungkin kontraksi palsu. namun Mama tak bisa tidur,
karena kontraksinya mulai teratur, 25 menit sekali. Nak, Mama banyaak sekali
membaca artikel sejak awal kehamilan, dan saat itu Mama tahu, bahwa kontraksi
yang Mama rasakan, bukanlah kontraksi palsu. Pagi itu juga, Papa dan Mama
berusaha menghubungi hampir semua dokter kandungan di Banda Aceh, tapi mereka
semua sedang ikut simposium di Medan. Papa kemudian membawa Mama ke salah satu
rumah sakit swasta terbesar di kota ini untuk diperiksa. Kontraksi semakin
intens disertai flek. Mama panik.
Setibanya dirumah sakit, para bidan yang
menangani Mama hanya memeriksa denyut jantungmu dengan alat yang didekatkan ke
perut Mama, kemudian berkata bahwa kamu baik-baik saja. Mama hanya berlebihan,
sakit seperti ini biasa bagi orang hamil, dsb dsb. Mama mengatakan bahwa Mama
mengalami flek dan kontraksi teratur, namun hanya ditanggapi dengan "Ibu
cuma kecapekan, biasa itu, pasti semalam habis begitu-begituan yaa".
Sumpah Nak, Mama marah sekali mendengar itu. Mama memang bukan dokter, tapi Mama
adalah pemilik badan ini dan Mama bukan seorang pengeluh, Mama tahu kondisinya
tidak seringan itu, Mama tahu ada yang tak beres, namun Mama tak bisa berkata
apa-apa karena menahan sakit. Setelah para bidan menelpon dokter kandungan yang
biasa menangani Mama (mereka yang menelpon dan bicara pada dokter, bukan Mama
yang menyampaikan keluhan Mama sendiri pada dokter), Mama diberikan obat
anti kontraksi dan disuruh pulang untuk bedrest. Mama berkeras ingin dirawat,
namun para bidan itu meyakinkan Mama bahwa hal seperti ini biasa terjadi.
Pulang kerumah, Mama mencoba
istirahat, namun tak bisa karena Mama sangat kesakitan, kontraksi mulai
berjarak 15 menit sekali, dan flek sudah berubah menjadi darah. Mama dan Papa
mencoba tetap positif, dengan minum obat anti kontraksi yang diberikan tadi.
Namun kontraksi semakin intens, akhirnya Mama memohon untuk dibawa lagi kerumah
sakit. Papa berusaha mencarikan dokter kandungan, karena Mama tak percaya lagi
pada bidan apapun. Akhirnya Papa menemukan seorang dokter yang bisa segera
memeriksa Mama.
Setelah diperiksa keadaan umum dan
USG, ternyata firasat Mama benar Nak, yang Mama rasakan sejak kemarin adalah
tanda akan melahirkan. "Tak mungkin kontraksi muncul tiba-tiba langsung intens, apalagi anak pertama. Ini pasti sudah berlangsung paling tidak 2 hari", kata dokter. Hasil tes menunjukkan leukosit yang agak tinggi, tanda bahwa Mama mengalami infeksi. Mama curiga infeksi itu berasal dari infeksi kulit, yang kemudian entah bagaimana akhirnya menyebabkan kontraksi. Dokter mencoba segala cara untuk menghentikan kontraksi.
Injeksi pematang paru, anti kontraksi, antibiotik, dan segala macam jarum dimasukkan
kedalam tubuh Mama. Sakit ditusuk-tusuk jarum sudah tak terasa lagi karena Mama
bersedia melakukan apapun, apapun Nak, yang penting kamu baik-baik saja.
Setelah 40 menit berusaha, kondisi Mama
tidak membaik, kontraksi sudah nyaris tak bersela, Mama mulai menangis
kesakitan, dan dokter memutuskan untuk memeriksa dilatasi. hasilnya, terlambat, bukaan sudah
sempurna, kamu harus segera dilahirkan. Hari itu, 18 September 2013, kamu, anak
Mama, yang kami panggil Sanju, lahir dengan proses persalinan normal.
Tangisanmu meledak sesaat setelah kamu lahir, tangan dan kakimu bergerak-gerak
melawan ketika digendong oleh dokter. Mama hanya melihatmu sedetik, ketika
dokter kandungan menyerahkanmu ke dokter anak untuk dilarikan ke NICU. kamu
begitu mungil.. kecil.. 1,2kg, namun tangisan dan gerak tubuhmu memberi Mama
dan Papa harapan besar. "Anakku prematur, kecil, namun lengkap dan sehat,
dia akan bertahan, insyaallah", begitulah suara dalam benak Mama. Papa
terlihat sangat bahagia, berkali-kali Mama mendengarnya mengucap syukur. dan Mama?
saking bahagianya Mama sampai tak merasa sakit ketika dokter melakukan jahitan
episotomi.
Malam itu Mama tak bisa tidur sama
sekali. Mama teringat Sanju.. Mama ingin sekali menggendong dan segera menyusui
Sanju, tapi Mama tahu, bahwa NICU adalah tempat terbaik bagi Sanju saat itu.
kamu butuh perawatan ekstra dan pengawasan penuh. Mama menghabiskan malam
dengan bersyukur dan berkhayal, jika kamu sudah stabil dan boleh dibawa-bawa, Mama
ingin sekali membawamu ikut bersama Mama ke tempat-tempat pengajian Nak.
Esok paginya, 19 September, nenekmu
pulang kerumah setelah semalaman menginap dirumah sakit, beliau punya kewajiban
lain dirumah, kakekmu masih butuh perawatan. Papa menerima telpon dari NICU,
meminta Papa datang ke rumah sakit. Mama ketakutan setiap kali mendengar dering
telpon, Mama takut telpon itu membawa kabar buruk. Namun wajah Papa tenang,
maka Mama tenang. Tak lama kemudian Papa kembali dan mengatakan dokter
memanggilnya untuk meminta persetujuan memasang alat bantu nafas yang lebih
canggih padamu, karena kamu terlalu kecil, paru-parumu belum mampu bernafas
walau sudah dibantu dengan alat nafas yang regular. Mama bertanya tentang
keadaanmu, dan Papa bilang kamu sehat, tak henti-hentinya bergerak, matamu
terbuka lebar dan melihat kesana kemari. Papa, dengan ditemani kakekmu yang
satu lagi, bahkan sudah membeli beberapa peralatan mandi dan selimut (warna
pink, karena itu warna kesukaan Mama, padahal tahu anaknya laki-laki.hehe) dan
mengantarnya ke NICU. Papa tak diperbolehkan lama-lama bersamamu, karena kamu
dibawah pengawasan dokter.
Menjelang siang, Papa menerima
telpon lagi dari NICU. Mama tak berprasangka apa-apa, namun wajah Papa berbeda.
Papa menerima telpon itu diluar kamar perawatan Mama. Papa menyampaikan bahwa
kondisimu memburuk. paru-parumu tetap tak mampu bekerja walau sudah dibantu
alat, dokter meminta kami berdoa yang terbaik. Mama ketakutan setengah mati
Nak. Mama mulai menangis. Papa juga. Kami berdoa dan memohon pada Allah untuk
memberimu kesempatan hidup, kesempatan bagi Mama dan Papa untuk melihatmu
tumbuh besar. Namun 30 menit kemudian dokter mengabarkan bahwa kamu sudah
berpulang..
Dunia Mama seakan runtuh hari itu
itu. hati Mama hancur, Mama berteriak-teriak tanpa sadar. Papamu berusaha
menenangkan Mama, namun Mama sudah setengah sadar. entah beberapa jam kemudian Mama
baru sadar sepenuhnya, ketika Mama sayup-sayup mendengar Papa berkata akan
pulang kerumah untuk memakamkanmu. Papa menanyakan sesuatu, yang Mama jawab
dengan gelengan, walau Mama tak faham apa pertanyaannya. Mama memohon pada
dokter untuk pulang, namun dokter tak mengizinkan karena kondisi fisik Mama
yang lemah dan mental yang tak stabil. Papamu pulang setelah menitipkan Mama
pada Tante Norma dan Tante Ina.
Setelah 2 malam dirawat, Mama
akhirnya bisa pulang. Kakekmu dari pihak Papa beserta beberapa anggota keluarga
menjemput Mama dari rumah sakit. setibanya dirumah, orang-orang masih rame yang
melayat. semua menangis, meyalami Mama, menyemangati Mama. Mama berusaha tegar
di depan orang lain. Mama tak ingin menangis didepan orang lain. Mama berusaha
terlihat kuat. Saat itu, Mama bertanya pada Papa, mengapa sebelum dimakamkan, Sanju tak dibawa keruang perawatan dulu untuk bertemu Mama. Papa menjawab, itu piliham Mama. Mama yang menolak ketika ditawarkan untuk melihat Sanju. Ah Nak, ternyata itu pertanyaan Papamu sebelum ia pulang. Mama setengah sadar waktu itu, sehingga menjawabnya dengan gelenganpun Mama tak ingat.
Hanya Papamu dan Allah yang tahu,
betapa setiap malam Mama tak bisa tidur karena menangis. Saat itu Mama marah.
marah pada dokter di rumah sakit A yang mengatakan Mama hanya berlebihan. marah
pada bidan-bidan dirumah sakit B yang mengatakan semua normal-normal saja.
marah pada semua dokter kandungan yang pernah Mama datangi selama hamil namun
tak ada ketika dibutuhkan. . Mama marah pada diri sendiri yang masih saja
melakukan pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat padahal sedang hamil. Mama marah
pada diri sendiri yang selama hamil seringkali stress memikirkan pekerjaan dan
kondisi kakekmu. Setelah fase marah berakhir, Mama mengalami fase menyesal.
menyesal karena merasa bersalah atas kematianmu. Menyesal karena merasa sudah
menjadi ibu yang buruk. Mama menyesal dan menyalahkan diri Mama sendiri atas semua
yang terjadi. Dan semua fase-fase itu Mama jalani sambil menangis. setiap
malam. Mama berhenti menangis karena Papamu, sambil menangis, meminta Mama
berhenti.
Sayang, satu hal yang selama ini
belum pernah Mama sampaikan kepada siapapun, termasuk Papamu adalah, ketika
hamil, Mama punya firasat, bahwa Mama akan kehilanganmu. Mama masih ingat
dorongan-dorongan yang kuat dalam diri Mama yang membuat Mama seringkali
membuka-buka blog tentang ibu yang kehilangan bayinya, dan bagaimana ia bisa
tegar. seringkali Mama tiba-tiba entah bagaimana caranya, menemukan ayat-ayat
tentang iman-iman yang diuji. Mama ingat, ketika kamu 20 minggu dalam
kandungan, Mama memohon pada Papa untuk pergi ke toko perlengkapan bayi dan
membeli perlengkapan untukmu. kata Papa "masih juga 5 bulan, jangan
buru-buru". dan Mama menjawab "takut nanti nggak sempat lagi".
Entah darimana jawaban itu datang, Mama mengucapkan itu tanpa berfikir. terucap
begitu saja. Termasuk ketika beberapa akali USG, kamu selalu menyembunyikan wajahmu. Ketika akan dimakamkanpun, tanpa sadar mama menolak untuk melihatmu. Setelah kamu berpulang baru Mama tahu, itulah firasat.. Ah Allah memang Maha Tahu, Ia pasti tahu bahwa jika Mama melihatmu, akan semakin sulit bagi Mama untuk Ikhlas..
Allah memang tak akan membiarkan
hamba-Nya terpuruk terlalu lama. Allah mengirimkan seseorang untuk menasehati Mama.
Orang tersebut adalah Ummi, ibunya Tante Ina, yang datang kerumah untuk merawat
Mama setelah melahirkan. Ummi berkata bahwa saat ruh manusia ditiupkan, di
dalam rahim, Allah menunjukkan kepada setiap kita sebuah presentasi, mengenai
hidup kita, takdir kita, dan skenario apa yang akan kita jalani dalam hidup.
Kemudian Allah memberi kita pilihan, untuk melanjutkan hidup atau kembali
kepada Allah sebelum terlanjut berbuat mungkar. dan kamu, Sanju, memilih untuk
berpulang. Sejak kamu meninggal, Mama sudah mendengarkan banyak sekali
nasehat-nasehat dan petuah, namun nasehat Ummi adalah yang paling mengena di
hati Mama. Mengetahui bahwa Allah memberimu pilihan, dan kamu menjalankan apa
yang menjadi pilihanmu, membuat Mama sedikit lega. Mama sayang sama Sanju, Papa
sayang sama Sanju, namun Allah lebih sayang, sehingga Allah menawarkan pilihan
untuk menjagamu dengan tangan-Nya sendiri, dan kamu menyetujuinya..
Nak, 9 bulan sudah sejak kamu
mengambil pilihanmu. Mama dan Papa merindukanmu setiap saat. Mama teringat
padamu setiap Mama melihat bayi. Terkadang disaat iman Mama sedang fluktuatif,
perasaan marah dan menyesal masih kadang-kadang muncul. namun Mama selalu
dikuatkan. Papamu Nak, adalah tokoh dibalik ketegaran Mama.
Sanju anakku, Mama yakin kamu tahu
bahwa Mama mencintaimu terangat sangat. Mama yakin kamu mencintai Mama juga. Mama
yakin kamu tahu bahwa Mama dan Papa sudah berusaha sebaik-baiknya menjagamu.
namun nak, Mama tetap ingin meminta maaf. Maafkan Mama jika tanpa Mama sadari, Mama
membebanimu. Maafkan Mama nak, yang seharusnya lebih kuat menjagamu,
mempertahanmu, membela hak Mama dan hak kamu untuk mendapatkan pengobatan
terbaik. Maafkan Mama Nak..
Sayangku, cinta dan sayang Mama
kepada Sanju takkan cukup dituliskan pada berapa halamanpun. Cinta Mama pada
Sanju jauh lebih besar dari apa yang Mama tuliskan disini. Mama mungkin tak
sempat melihat, menggendong dan menciummu, namun Mama yakin Sanju faham
perasaan Mama, sedalam apa cinta Mama..
Cinta Mama lah yang membuat Mama
akhirnya ikhlas melepas Sanju. Cinta Mama lah yang membuat Mama tegar bertahan.
Cinta juga menghadirkan kamu di rahim Mama.. Mama dan Papa mempercayakanmu pada
Allah, Ia akan menjagamu dengan baik, menjadikanmu malaikat kecil shaleh dan
menempatkanmu di syurga-Nya.
Nak, hari-hari Mama dan Papa masih
sepi, kami menanti hadirnya adik-adikmu. Semoga Allah berkenan mempercayakan Mama
dan Papa anak-anak yang shaleh dan shalehah. kepada mereka nanti akan Mama dan Papa
ceritakan kisah tentangmu. Tentang Sanju, abang mereka yang kuat dan hebat.
Baik-baiklah disana Nak.. Mama cinta
Sanju..
0 comments:
Post a Comment