Wednesday, April 4, 2012

Ketika hidup tak lagi seimbang

Walaupun judulnya terkesan serius, informatif dan edukatif, tapi sungguh, ini bukan tulisan yang mendayu-dayu, apalagi merayu-rayu. ini adalah kisah hidup adikku.. Kisah nyata, tapi sekali lagi, tidak mendayu-dayu dan tidak merayu-rayu.

Ceritanya begini:
I have only one little brother. He's the only sibling I have. Banyak sekali perbedaan diantara kami, mulai dari beda umur yang lumayan jauh (8 tahun), beda gender, beda karakter, beda hobi dan beda-beda yang lain. Salah satu perbedaan yang paling besar dan sering menjadi konflik adalah: Dia pet lover, dan aku pet hater. Aku ga suka ada hewan apapun di rumah, sementara dia cinta setengah mati sama kucing.

Pada suatu hari, singgahlah di rumahku sebentuk kucing kampung kurus yang batuk-batuk. Sosok tubuhnya menggambarkan situasi politik yang kacau balau, keadaan fisik yang amburadul dan kondisi finansial yang morat marit, sementara raut wajahnya menyiratkan penderitaan dan cobaan yang maha berat. Intinya mengenaskan lah gitu. Aku kasihan melihatnya, namun dedikasi ku pada kucing itu hanya sampai pada batas memberikan makanan sisa yang aku letakkan diluar pagar. Beberapa saat kemudian, adikku keluar, menemukan kucing itu, menggendongnya dan membawa kucing itu ke kamarnya.

Ga ada yang tau apa yang dia lakukan pada kucing itu sampai dua minggu kemudian, aku melihat sesosok kucing gemuk dengan suara membahana dan bulu indah mempesona turun melompat lompat dari tangga dan menari balet. Tak salah lagi, itu kucing yang dua minggu lalu terlihat mengenaskan, aku bisa tandai dari bentuk senyumannya (well, kucing juga punya signature smile kan?)..



Dan dibelakang kucing itu, turunlah adikku yang rada gondrong, terlihat lebih kurus dan rada kucel, tersenyum bangga memamerkan masterpiece nya, kucing kampung berpenampilan kota.

Setelah diinterogasi, akhirnya adikku dengan bangga memaparkan rahasia dibalik make over kucing itu. Rahasianya adalah : Whiskas. Ya, whiskas makanan kucing yang mahal itu. Yang warna sampulnya lebih menarik ketimbang bubur bayi, yang harganya lebih mahal ketimbang Tim-Tam, biskut favoritku.

Dengan pengakuan tersebut, terjawablah sudah misteri dibalik berat badan adikku yang berkurang, keengganannya untuk jajan dan kegemaran barunya ngemil kerupuk emping (itupun dikasih sama sodara dari kampung)  selama dua minggu. Jawabannya adalah : duit jajannya habis buat beli whiskas. Yahh.. miris tapi lucu, lucu tapi menyedihkan.

So, begitulah kawan, ketika kita kuliah ekonomi tapi sulit memahami struktur keseimbangan aktiva pasiva.
Entah judulnya "dedication" atau "pathetic sacrifice" :-D

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com